Dengan akal kita memiliki banyak pilihan hidup, pilihan atas apa yang akan dituju dan cara menggapainya. Pilihan menjadi apa, siapa, dan bagaimana. Pilihan yang tidak bisa dipilih makhluk selain manusia.
Bagi anak-anak memilih bukan hal yang sulit. Ketika ditanya ingin apa atau menjadi apa, mampu menjawabnya dengan spontan. Kalaupun belum punya jawabannya, cukup dengan diam, menggeleng kepala, atau menjawab tidak tahu, dan si manusia kecil ini tidak dipusingkan oleh tidak adanya jawaban atas suatu pertanyaan. All still well go on and on.
Menginjak usia remaja, dengan semakin banyaknya input pada diri si anak, berkembang pula pandangan dia tentang memilih dan pilihan. Ia bisa tetap dengan pendiriannya sewaktu kecil. Misal ketika SD dia ingin jadi polisi, ketika remaja tetap ingin jadi polisi, bedanya dia sudah tau langkah yang harus dia ambil untuk menjadi seorang polisi, setidaknya dia sudah bisa mencari tahu.
Sebagian merubah pilihannya. Bisa ditambah dikurangi atau bahkan diganti. Tergantung bagaimana lingkungan mempengaruhi hidupnya.
Mungkin orang dewasa lebih pandai memilih sesuatu ketimbang anak kecil. Hanya ada satu kekurangan. Orang dewasa tidak selepas anak kecil ketika memilih. Ketika memilih sesuatu menjadi hal yang memberatkan bagi orang dewasa, tak jarang membuatnya tidak tidur berhari-hari.
Kadang kita perlu mengadopsi pandangan anak kecil dalam memilih dan menyikapi hasil, sebagaimana yang pernah kita lalui. Tak perlu terlalu dipusingkan dengan kenyataan yang tak terencanakan. Minta bimbingan dari Sang Maha Kuasa sebagai the best planner akan lebih baik.
By : Nauval Zainy
0 komentar:
Posting Komentar