Sabtu, 28 Juni 2014

Senyum Penghapus Luka

Foto by pembinatrails.ca

Gemintang.com – Siapa yang menyangka, bahwa ternyata ada seorang murid yang hanya berdiam diri di kelas, namun sangat berprestasi. Disaat semua siswa makan dengan lahapnya di kantin sekolah, ia lagi-lagi sendiri dan hanya memandang semuanya dengan tatapan kosong. Pribadinya yang dingin dan tidak mudah didekati membuat aku dan teman-teman seringkali bertanya dalam hati, “apakah dia bisu ? apakah dia menderita sesuatu ? dan memangnya dia tidak lapar ?”

Pernah suatu ketika, aku mendapati dia menaiki sebuah mobil mewah, dan lalu aku bertanya pada diriku, “wah, apakah dia sekaya itu ?” Dan keesokan harinya, saat aku tidak sengaja menabraknya, ia pun terjatuh. “Oh, maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja”. Namun sepertinya dia tidak peduli. Dia pergi, dan lalu aku pun kembali memanggilnya, “Hei, lututmu luka”. Dia tetap saja berjalan dan justru semakin kencang seperti akan lari. Penasaran, aku pun mengejarnya.
Ini adalah pertama kali bagi kami sebagai teman satu kelas mulai berbincang. Dia berhenti di koridor sekolah, tempat yang jarang sekali didatangi siswa lain karena koridor ini sedikit gelap. “Hei, kamu baik-baik saja ? Aku hanya ingin melihat lukamu.. dan sekali lagi, aku minta maaf karena telah melukaimu”. Dan akhirnya dia pun menjawab, “sudah tak apa-apa, aku baik-baik saja”. Senada dengan ucapannya, aku pun menarik nafas dan tersenyum sembari memandangnya. “Syukurlah, jika ada sesuatu denganmu, mungkin aku akan benar-benar merasa bersalah”.

Keesokan harinya, aku mulai membawa bekal dua kali lebih banyak dari sebelumnya. Aku berharap, bekalku bisa dinikmati berdua dengannya, siswa yang terjatuh karena ulahku. Namun nihil, aku tak menemukannya sejak pagi. Sekarang saatnya makan siang dan aku masih saja berusaha mencarinya. Sampai-sampai aku lupa, kalau aku pun perlu makan. Lalu seorang guru menghampiri dan bertanya tentang apa yang membuatku berputar kesana-kemari. Tak lama beliau pun menjelaskan, bahwa Ken, siswa yang aku cari sudah tak lagi menjadi siswa di sekolah ini. Sampai aku menemukan jawabannya kenapa ia memutuskan untuk pergi, aku bersumpah bahwa aku akan selalu membencinya. Begitulah ucapku saat itu.
Waktu berlalu dan ini sudah tahun kelima sejak Ken tidak lagi bersamaku. Walaupun singkat, aku merasa bahwa Ken selalu ada bersamaku sejak saat itu. Dan .. seorang pria dengan tegapnya berdiri di hadapanku. “Kau…siapa?” tanyaku dengan gugup. Dia tersenyum, persis seperti aku tersenyum padanya waktu itu. Wajahnya begitu tenang setelah melihatku. Dan akhirnya kami pun berbincang.

“Kau masih seperti dulu, Sara. Wajahmu masih manis, begitupun senyumanmu. Andai saja, lututku tidak berdarah dan aku tidak berlari ke koridor, mungkin aku tidak akan pernah melihat senyuman itu. Bahkan untuk mengenalmu pun, tak pernah sekalipun terpikirkan olehku. Aku Ken, siswa yang tak pandai bergaul namun cukup berprestasi, kau merindukanku ? ( Ken kembali tersenyum ). Terima kasih, karena jika tanpa senyuman itu, aku mungkin sudah tidak lagi berada di tempat ini. Ayahku selalu bilang, bahwa kelak aku harus seperti apa yang dia inginkan. Jangan mendekati siapapun dan belajarlah dengan baik. Dan mulai saat itu, aku merasa bahwa hidupku sudah tidak berarti lagi. Bahkan apa yang aku inginkan sepertinya tidak akan pernah menjadi nyata. Dan nyaris saja, saat kamu melukaiku, aku berniat untuk pergi ke atap gedung sekolah dan mengakhiri hidupku disana. Tapi saat kamu bertanya apakah aku baik-baik saja dan kamu menyesal atas apa yang terjadi, barulah aku mengerti, bahwa masih ada seseorang yang sangat mengkhawatirkanku. Dan aku pergi adalah untuk menemukan apa yang aku inginkan”.

Sahabatku, tak perlu melakukan hal yang besar untuk bisa menyenangkan orang lain. Karena hal terkecil saja bisa merubah segalanya. Untuk apa bersusah payah mendapatkan sesuatu yang besar, ketika senyuman saja sudah cukup menghangatkan. Maka tersenyumlah, karena senyuman bisa jadi penghapus luka.

0 komentar:

Posting Komentar