Selasa, 21 Januari 2014

Selalu Memupuk Rasa Cinta




Gemintang.com – Di suatu malam sepulang kerja aku memberanikan diri untuk mengatakan hal yang selama ini aku pendam dari istriku. Saat itu dia sedang menidurkan anak bungsu kami yang berumur satu tahun di kamar. Aku pun menunggu dia di ruang tamu dan tak lama kemudian dia muncul lalu duduk sampingku. Dia bertanya hal apa yang ingin dibicarakan olehku, aku pun memberanikan diri untuk bilang kalau aku ingin menyudahi pernikahan kami yang sudah hampir 15 tahun terjalin. Tentu saja dia kaget dan menanyakan alasan dibalik permintaan cerai. Jujur, tidak mudah bagiku untuk bilang alasan aku menceraikannya karena ada wanita lain yang aku cintai. Setelah kami terdiam membisu selama hampir dua jam, aku pun meninggalkan dia di ruang tamu dan tidur lebih awal karena merasa lelah setelah bekerja seharian. 

Keesokan paginya, aku mendapati istriku sedang menulis dari beberapa kertas yang ada di meja. Karena kelihatannya dia sedang sibuk dengan tulisannya, aku pun langsung berangkat kerja tanpa memakan sarapan yang telah disiapkannya. Malam harinya, setelah aku pulang dari kantor, istriku pun sudah menanti aku. Aku memang sengaja pulang larut malam untuk sedikit menghindar tapi perceraian ini harus lekas terjadi pikirku. Kami berdua pun kembali duduk di ruang tamu. Sambil meminum teh hangat yang dibuatnya, istriku pun mengajukan dua syarat kalau memang perceraian itu harus terjadi. Syarat yang pertama adalah perceraian akan disetujuinya ketika anak tertua kami lulus dari bangku SMP. Mendengar syarat pertama, aku merasa kurang setuju karena pekan tahun ajaran baru masih sebulan lagi dan aku sudah tidak sabar untuk bisa bercerai dan menikahi wanita yang saat ini ada di hatiku. Tapi aku pun berusaha menyetujui syarat pertamanya. Lalu dia memberi syarat kedua yang mengharuskanku mencium keningnya di saat aku berangkat kerja. Bagiku itu terdengar konyol karena kami bukanlah pengantin baru yang segalanya masih serba romantis. Tapi pikirku lagi, selama dia menyetujui perceraian kami, persyaratan kedua ini bukanlah masalah.

Keesokan harinya, aku pun mencium keningnya sebelum berangkat kerja. Ciuman di kening istriku terasa hambar. Tidak seperti saat aku mencium kening wanita yang akan aku nikahi setelah aku menceraikan istriku. Anakku yang tertua yang akan masuk ke bangku SMA pun menggodaiku karena menurutnya sudah lama dia tidak melihat kami seperti itu. Enam hari berturut-turut aku melakukannya tapi pada hari ketujuh ada rasa yang berbeda yang aku rasakan saat mengecup keningnya. Aku merasa kehangatan yang sudah lama hilang diantara kami. Aku kembali menatap wajahnya dan mendapati kalau aku dan dia tidak muda lagi. Aku menyadari bahwa tubuh istriku dari hari ke hari semakin kurus. Perlahan rasa sayang itu kembali hadir di hatiku dan membuatku sadar bahwa cinta terhadap perempuan lain hanya cinta sesaat. Saat itu juga aku langsung pergi menemui wanita yang akan aku nikahi. Aku pun mengatakan padanya kalau aku tidak bisa menikahinya. Kecewa dan marah besar tidak dapat dipungkiri adalah reaksi yang diberikannya, tapi keputusanku sudah bulat.

Tanpa pikir panjang aku kembali ke rumah kami dan rasanya ingin sekali membuat kenangan yang indah bersama istriku setelah selama ini hanya luka yang aku beri padanya.Tapi yang aku dapati ketika tiba di rumah adalah istriku telah menghembuskan nafas terakhirnya di kamar kami. Belakangan aku tahu dari dokternya kalau ternyata dia menutupi penyakit yang di idapnya dari kami karena dia tidak ingin membuat aku dan anak-anakku sedih, tapi apa yang telah aku beri padanya? Menyesal dan sedih yang tidak terucapkan itulah yang aku rasakan meratapi kepergiannya.

Well, Dari kisah di atas kita bisa tahu, kebahagiaan itu tidak melulu karena kekayaan yang kita miliki tapi bagaimana kita membangun kesempatan untuk meraih kebahagiaan itu sendiri. Janganlah menyia-nyiakan sekecil apapun kesempatan yang kita miliki karena kita tidak tahu apakah kita akan dapat kesempatan kedua untuk mewujudkannya. Dan pupuklah senantiasa rasa cinta kita kepada orang-orang sekitar terlebih kepada mereka yang menyayangi kita, karena tanpa disadari, kebahagiaan sering muncul ketika kita bersama dengan orang-orang terkasih.

0 komentar:

Posting Komentar