Gemintang.com – Pada saat jatuh cinta logika seperti lumpuh, segala sesuatu dipandang begitu indah bahkan berbagai kekurangan pasangan pun seringkali dianggap lucu dan menggemaskan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Setelah masa itu selesai, logika perlahan ambil peranan sehingga penilaian terhadap hubungan pun dipandang lebih rasional.
“Saya mencintai pasangan saya, saya sudah lama menjalin hubungan dengannya tapi belakangan ini seringkali tidak harmonis. Perbedaan pendapat dan kesalahpahaman seringkali memunculkan pertengkaran yang akhirnya membuat saya menangis. Tapi tak pernah sekalipun saya berpikir untuk meninggalkannya walau bila dia yang meminta. Pernah ada seseorang yang menurut saya jauh lebih tampan, menarik, juga sepertinya baik, tapi lalu saya abaikan begitu saja. Saya heran, apa yang membuat saya begitu cinta terhadapnya ?”
Hmm .. cinta memang terkadang sulit. Sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya kita inginkan dari rasa cinta itu sendiri. Sebagai manusia, kita memiliki hati dan pikiran. Sayangnya, mereka berbeda, bahkan nyaris tak pernah sama. Hati ibarat perasaan yang mudah sekali turun naik karena sesuatu yang menyentuhnya. Sedangkan pikiran, ia seperti logika yang selalu berpikir berdasarkan pengetahuan. Hati, ia lebih perasa tapi ia rapuh. Logika, terkadang ia kuat tak terkira, dan itulah mengapa ia bisa tega.
Berpikir secara logika, sebenarnya anda bisa saja egois dengan meninggalkannya dan lalu pergi bersama pria yang lebih baik dari pasangan anda. Anda tidak akan peduli dengan apa yang terjadi setelah anda meninggalkannya. Bahkan bila dia mencari anda, anda akan berusaha agar dia tidak menemukan anda. Saat dia rapuh dan meminta anda kembali, anda akan berkata padanya bahwa itulah balasan dari apa yang telah dia lakukan kepada anda. Sekali waktu ia menyesal dan meminta maaf kepada anda, anda akan berkata bahwa itu hanyalah omong kosong dan terlambat untuk menyesali semuanya. Lebih buruk dari itu, anda bisa saja berharap bahwa dia tidak lagi ada dihadapan anda dan pergi untuk selama-lamanya.
Namun berpikir secara hati, bukan apa yang membuat anda begitu cinta terhadapnya, melainkan seberapa besar rasa cinta itu, itulah yang membuat anda begitu sulit untuk bisa melepaskannya. Inilah yang dikatakan bahwa hati perasa tapi ia rapuh. Anda tetap mencintainya walau anda tahu seberapa besar rasa sakit yang anda miliki. Anda mencintainya walau mungkin anda tahu bahwa ada seseorang lain disisinya. Dan Anda masih akan mencintainya walau dia sudah tidak mencintai anda.
Pernah hati berfirasat bahwa mungkin inilah cinta yang selama ini kita cari. Hati berkata bahwa inilah yang benar, maka pilihlah jalan ini. Tapi kemudian logika mencari alasan yang logis untuk kita lebih baik tidak melakukannya. Dan seperti inilah halnya hati dan logika yang tidak pernah beriringan. Tapi terkadang, keadaan justru akan menjadikan mereka satu. Kapan ? Yaitu pada saat seseorang bermimpi, berdoa, lalu berhasil menggapai citanya dengan berbekal keyakinan. Namun dalam usahanya, ia pun melakukan usaha-usaha logis sehingga tercapailah harapannya.
Ada saat dimana hati terluka karena sebuah logika. Karena hati berdasarkan keyakinan, wajarlah bila apa yang kita rasakan memang tidak sepenuhnya benar. Tapi logika yang tidak disertai hati, ia bukan hanya akan menyakiti tapi juga mendustai. Apa yang anda lakukan bila tidak diyakini hati, maka jangan dilakukan. Biarkan logika berpikir sejauh ia bisa menerima, barulah hati yang menentukan. Mimpi dan doa, adalah sesuatu yang akan membuat anda yakin atas apa menjadi pilihan anda.
0 komentar:
Posting Komentar